Sabtu, 07 November 2015

Pilkada Serentak di Kalimantan Barat 2015

Satu bulan lagi, Pilkada serentak akan digelar di Indonesia. Khusus di Provinsi Kalimantan Barat, terdapat tujuh kabupaten yang akan menyelenggarakan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati yang diramaikan oleh 20 pasangan calon bupati dan wakil bupati.

Dari sisi jenis kelamin, masih terlihat dominasi kaum pria, sebab dari 40 orang calon, hanya terdapat 3 calon perempuan, itupun hanya terdapat di Kabupaten Sambas.

Dari sisi agama yang dianut tampak lebih beragam. Sebanyak 21 calon beragama Islam, disusul 13 calon Kristen Katolik, dan 6 calon Kristen Protestan. Seperti pilkada-pilkada sebelumnya di Kalbar, pasangan calon Muslim-Kristen atau sebaliknya masih menjadi strategi primadona dalam mendulang dukungan luas. Tercatat ada 11 pasang calon yang merupakan pasangan Kristen-Muslim atau sebaliknya, diikuti 5 pasangan Muslim-Muslim, dan 4 pasangan Kristen-Kristen (Katolik ataupun Protestan).

Dari sisi partai politik, calon yang diusung gabungan partai masih mendominasi. Hanya satu pasang calon yang diusung satu parpol tanpa koalisi dan hanya terdapat empat pasangan calon perseorangan.

Dari 12 parpol peserta Pemilu 2014, hanya lima parpol tampil di seluruh kabupaten, yaitu Partai NasDem, PDI Perjuangan, Partai Gerindra, PAN, dan Partai Hanura. Manakala PBB menjadi partai yang paling sedikit mengusung calon, yakni hanya di Kab. Sambas. Perpecahan internal yang melanda Partai Golkar dan PPP juga berdampak pada minimnya kepesertaan kedua partai tersebut di Pilkada.

Berikut ini adalah daftar pasangan calon di tujuh kabupaten di Kalimantan Barat dan beberapa hal yang menarik menurutku.

Kabupaten di Kalimantan Barat yang menyelenggarakan Pilkada Serentak 2015 (warna jingga).


Kabupaten Sambas


Pilbup Sambas menyaksikan pertandingan tiga penjuru. Cabup petahana Juliarti ditantang dua calon, satu dari jalur perseorangan dan satu lagi dari partai politik. Dengan alasan yang tak kuketahui, Juliarti pecah kongsi dengan wabupnya Pabali Musa yang tidak lagi ikut berkompetisi dalam Pilbup ini. Juliarti kini memilih berpasangan dengan Hasanusi yang merupakan salah satu penantangnya pada Pilbup 2011 dulu.

Hal lain yang menurutku menarik, meskipun mencalonkan diri melalui jalur perseorangan, pasangan Tony-Eka tidak sepenuhnya independen dari partai politik. Tony Kurniadi sebelumnya merupakan anggota DPRD Kalbar dari PAN, sedangkan Eka Nurhayati sebelumnya berkiprah di Partai NasDem. Baik PAN maupun NasDem pada pilbup ini mengusung pasangan Juliarti-Hasanusi.

Hal menarik lainnya di Pilbup Sambas adalah hadirnya figur perempuan di setiap pasangan calon. Hal ini juga menjadikan satu-satunya Pilbup di Kalbar pada tahun ini yang memiliki calon perempuan.


Kabupaten Bengkayang


Di Bengkayang, Gidot-Naon yang merupakan bupati-wabup petahana maju lagi bersama-sama, sesuatu yang jarang terjadi di Indonesia. Ia ditantang langsung oleh Sebastianus Darwis, mantan Ketua DPRD Bengkayang. Pasangan Darwis-Rurakhmad merupakan satu-satunya pasangan calon di Kalbar yang diusung oleh hanya satu parpol.

Terdapat satu keunikan di Pilbup Bengkayang. Saat mendaftarkan diri ke KPU, Pasangan Gidot-Naon tidak menyertakan Partai Demokrat sebagai pengusungnya, padahal Suryadman Gidot merupakan Ketua Partai Demokrat Kalbar. Gidot sendiri memastikan didukung oleh Partai Demokrat meskipun tidak terdaftar. Dari pihak Partai Demokrat juga menyatakan telah resmi mengusung pasangan Gidot-Naon. Namun karena tidak didaftarkan ke KPU, DPP Partai Demokrat akhirnya mencopot Suryadman Gidot dari jabatan Ketua Demokrat Kalbar, mencabut dukungannya, serta menyatakan mengalihkan dukungan kepada pasangan Darwis-Rurakhmad.


Kabupaten Sekadau


Pilbup Sekadau menyaksikan pertandingan empat penjuru yang salah satu di antaranya merupakan calon perseorangan. Meskipun perseorangan, Pensong sebelumnya pernah tercatat berkiprah di beberapa partai politik, seperti Partai MKGR pada Pemilu 1999 dan caleg Partai Gerindra pada Pemilu 2014. Pada Pilbup Sekadau 2010, ia maju sebagai cabup dengan dukungan tujuh partai (PKPI, Hanura, Patriot, Pelopor, PPRN, PPPI, dan PBR).

Di Kabupaten Sekadau, pasangan Yansen-Saharudin sempat dinyatakan tidak memenuhi syarat oleh KPU dikarenakan permasalahan keabsahan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara) milik Saharudin. Yansen-Saharudin kemudian menggugat keputusan tersebut ke Panwaslu. Akhirnya Panwaslu mengabulkan gugatan tersebut dan KPU menyertakan pasangan Yansen-Saharudin sebagai calon resmi dalam Pilbup Sekadau.

Yansen Akun Effendy sendiri merupakan Bupati Sanggau periode 2003–2008. Ia pernah berkompetisi pada Pilbup Sanggau 2008 dan Pilbup Sintang 2010, namun tidak berhasil. Selain itu, Yansen merupakan satu-satunya calon yang merupakan mantan narapidana di Pilkada serentak di Kalimantan Barat tahun ini. Ia pernah divonis 1 tahun penjara pada tahun 2011 atas kasus pembelian tanah untuk Tempat Pembuangan Akhir di Kec. Meliau, Kab. Sanggau tahun 2007 yang terindikasi merugikan negara Rp 1,5 miliar.


Kabupaten Sintang


Pilbup Sintang menyaksikan pertandingan tiga penjuru. Namun yang menarik adalah kehadiran dua mantan wakil bupati, yakni Ignasius Juan (wabup 2010–2015) dan Jarot Winarno (wabup 2005–2010); bahkan keduanya merupakan wakil dari bupati yang sama, yaitu Milton Crosby, Bupati Sintang periode 2005–2015.


Kabupaten Melawi


Pilbup Melawi menyaksikan pertandingan langsung antara bupati petahana melawan wabup petahana, yakni Firman Muntaco bertanding melawan Panji. Pecah kongsi antara kepala dengan wakilnya yang berlanjut dengan majunya sang wakil menantang "atasan"-nya merupakan hal yang umum terjadi di Indonesia.

Setelah resmi diusung oleh PDI-P, Panji kemudian menanggalkan baju Golkar yang dikenakannya sejak 1999 dan bergabung ke dalam PDI-P. Hal ini, langsung atau tidak, mungkin dipengaruhi oleh dualisme kepengurusan yang melanda Partai Golkar. Dualisme tersebut juga berakibat penolakan KPU atas dukungan Partai Golkar ke pasangan Firman-John, meskipun Firman Muntaco adalah Ketua Partai Golkar Melawi (kubu Aburizal Bakrie). Dengan alasan sama pula, dukungan PPP (kubu Romahurmuziy) ke Firman-John juga ditolak KPU. Namun pasangan Firman-John tetap bisa maju karena gabungan dukungan partai-partai lain memenuhi syarat minimal.

Dadi Sunarya Usfa Yursa yang berumur 31 tahun merupakan calon termuda dari seluruh calon yang berkompetisi pada Pilkada di Kalbar tahun ini.


Kabupaten Kapuas Hulu


Pilbup Kapuas Hulu agak mirip dengan Pilbup di Sambas. Bupati petahana, A.M. Nasir berpisah dengan wakilnya dan memiliki pasangan baru, Antonius L. Ain Pamero yang merupakan salah satu pesaingnya pada pilbup sebelumnya. Wabup pertahana Agus Mulyana yang merupakan kader Golkar akhirnya memilih untuk tidak ikut berpartisipasi akibat perpecahan internal partai. Pasangan Nasir-Ain diusung koalisi tujuh parpol yang merupakan koalisi terbesar pada pilkada di Kalbar tahun ini, baik dari segi jumlah parpol, maupun dari segi persentase perolehan suara dan kursi.

Penantangnya, Fransiskus Diaan yang merupakan menantu dari Gubernur Kalimantan Barat Cornelis. Di umur 34 tahun, ia merupakan calon bupati termuda di seluruh Pilkada Kalbar tahun ini. Apalagi jika ditambah calon wakilnya Andi Aswad yang berumur 32 tahun, pasangan ini merupakan pasangan calon termuda di Kalbar jika dihitung rata-rata umur pasangan.


Kabupaten Ketapang


Dari seluruh tujuh Pilbup di Kalbar, Pilbup Ketapang bisa dibilang yang paling menarik perhatian pada masa awal tahapan pilbupnya, juga pilbup dengan beberapa rekor terbanyak. Pertama, Pilbup Ketapang diikuti dua pasangan calon perseorangan; kedua, sebanyak tujuh pasangan bakal calon mendaftar ke KPU Ketapang; dan ketiga, sebanyak tiga pasangan bakal calon digugurkan oleh KPU. Kemudian, Andi Djamiruddin yang berumur 62 tahun merupakan calon tertua pada pilkada di Kalbar tahun ini.

Selain empat pasangan calon yang resmi bertanding, terdapat tiga pasangan bakal calon yang akhirnya tidak menjadi peserta Pilbup Ketapang. Pertama adalah pasangan calon perseorangan Aswin Fuad dan Suwignjo. Pasangan ini batal mendaftar diperkirakan karena syarat dukungan yang tidak cukup. Kemudian pasangan Henrikus dan Gusti Kamboja yang diusung Golkar dan Gerindra. Pasangan ini ditolak oleh KPU karena berkas dukungan dari Partai Golkar tidak memenuhi syarat. Dan terakhir adalah pasangan Yasyir Ansyari dan Iin Solinar yang membawa dukungan Partai Golkar. Pasangan ini ditolak KPU karena mendaftar di saat masa pendaftaran sudah berakhir.

Dari ketiga bakal calon yang batal, hanya pasangan Henrikus dan Gusti Kamboja yang menggugat ke Panwaslu. Panwaslu kemudian memerintahkan KPU untuk menerima pendaftaran Henrikus-Kamboja. KPU kemudian menerima kembali Henrikus-Kamboja, namun pada akhirnya, pendaftarannya ditolak kembali dengan alasan sama, yakni berkas dukungan Partai Golkar dianggap tidak sah. Henrikus kemudian menyatakan akan melaporkannya KPU ke DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu). Hingga kini, belum ada kejelasan bagaimana kelanjutan kasus ini.

Henrikus sendiri merupakan bupati petahana yang memenangkan Pilbup 2010 dengan dukungan PDI-P, Demokrat, dan PAN. Namun, pada Pilbup 2015 ini, PDI-P memutuskan mengalihkan dukungannya calon lain, manakala PAN memutuskan mengusung kadernya sendiri yang juga wabup petahana Boyman Harun sebagai cabup.

Untuk calon perseorangan, ada pula calon yang tidak sepenuhnya independen dari partai politik. Martin Rantan sebelumnya anggota DPRD Kalbar dari Partai Golkar. Ia bahkan merupakan Sekretaris Partai Golkar Ketapang kubu Aburizal Bakrie. Namun dualisme Partai Golkar menghalanginya untuk maju dengan dukungan partai, sehingga ia memutuskan maju lewat jalur independen.


Penutup

Akhir kata, saya memohon maaf dan mohon dikoreksi jika terdapat informasi yang salah. Semoga Pilkada serentak di 7 kabupaten di Kalbar berlangsung dengan aman, tertib, dan damai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar