Rabu, 30 Maret 2016

Mana Maskot Kalbar?

Sejak SD, kita sudah diajarkan bahwa fauna maskot Provinsi Kalimantan Barat adalah burung enggang gading atau dalam Bahasa Latin disebut Rhinoplax vigil. Bahkan fauna identitas Kalbar tersebut resmi tertuang dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 48 Tahun 1989. Namun dalam kenyataannya, status fauna maskot provinsi tersebut kurang populer di mata masyarakat. Visualisasi burung enggang gading jarang sekali digunakan sebagai simbol atau representasi Kalimantan Barat. Popularitas burung tersebut jauh di bawah jenis enggang saudaranya, yaitu burung enggang badak (Buceros rhinoceros).
Kiri: enggang gading (Rhinoplax vigil)
Kanan: enggang badak (Buceros rhinoceros)
Kiri: enggang badak (Buceros rhinoceros)
Kanan: enggang gading (Rhinoplax vigil)

Di Kota Pontianak saja yang merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat, burung enggang badak lebih banyak dijumpai dalam bentuk gambar, patung, logo, dan lain-lain. Tidak jelas kenapa enggang badak lebih umum digunakan, apakah karena bentuk paruh dan tanduknya yang lebih indah dibandingkan enggang gading, ataukah karena ketidaktahuan masyarakat dalam membedakan enggang gading dengan enggang badak.

Berikut ini beberapa bentuk populernya penggunaan burung enggang badak.

Kendaraan hias dari DPRD Prov. Kalimantan Barat menggunakan hiasan kepala enggang badak
pada acara Karnaval Khatulistiwa, Jl. Teuku Umar, Kota Pontianak (22 Agustus 2015).
Kendaraan hias dari Dinas Sosial Prov. Kalimantan Barat menggunakan hiasan enggang badak di atasnya
pada acara Karnaval Khatulistiwa, Jl. Teuku Umar, Kota Pontianak (22 Agustus 2015).
Gambar enggang badak yang menghiasi dinding terminal Bandar Udara Supadio, Kab, Kubu Raya (14 Maret 2016).
Poster enggang badak yang justru salah didefinisikan sebagai enggang gading
di salah satu rumah makan di Kota Pontianak (19 Maret 2016) 
Tugu/patung enggang badak di kawasan Tugu Khatulistiwa, Kota Pontianak (21 Maret 2016).
Patung enggang badak di Rumah Radakng, Kota Pontianak (24 Maret 2016)

Selain dalam bentuk patung dan poster, burung enggang badak juga populer digunakan dalam bentuk logo atau maskot. Tidak hanya di Kalbar, namun juga populer di daerah tetangga seperti Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Timur, dan Negeri Sarawak. Enggang badak malah telah menjadi lambang resmi Negeri Sarawak, serta dimunculkan pula di dalam lambang Provinsi Kalimantan Tengah.
Maskot Bank Kalbar yang menggunakan sosok enggang badak.
Logo HUT Provinsi Kalimantan Barat ke-57 yang menggunakan siluet enggang badak.
Logo dan maskot Khatulistiwa Park menggunakan sosok enggang badak.
Jata (lambang) Negeri Sarawak di Malaysia
menggunakan enggang badak yang disebut burung kenyalang di Sarawak.
Lambang Provinsi Kalimantan Tengah
menggunakan enggang badak sebagai salah satu unsurnya.
Si Kong (paling kiri), satu dari tiga maskot PON XVII di Kalimantan Timur
menggunakan sosok burung enggang badak.

Sementara burung enggang gading sendiri, jarang sekali kutemukan visualisasinya di tempat-tempat umum di Kota Pontianak. Adapun yang digunakan adalah logo maskot karya H. Abdul Halim Ramli yang merupakan ilustrasi burung enggang gading yang dipadukan dengan motif Dayak dan Melayu. Sedangkan gambar sosok enggang gading hanya pernah kutemukan pada prangko dan pada logo Visit Kalimantan Barat 2010.
Prangko Indonesia bergambar enggang gading, terbitan tahun 1997 dan 2008.
Logo resmi Visit Kalimantan Barat 2010 menggunakan sosok enggang gading
Patung logo maskot enggang gading di Museum Kalimantan Barat,
Jl. Jend. A. Yani, Kota Pontianak (3 Juli 2015)
Logo maskot enggang gading di atas Jembatan Kapuas, Kota Pontianak (25 Maret 2016)
Logo maskot enggang gading di pagar kompleks GraPari/Telkomsel,
Jl. Gst. Slg. Lelanang, Kota Pontianak (29 Maret 2016)

Sebagai maskot daerah, sudah sepatutnya penggunaan visualisasi enggang gading lebih masif lagi, dan benar-benar digunakan masyarakat sebagai representasi daerah Kalimantan Barat. Digunakan dalam hal ini adalah secara suka rela, bahwa rakyat Kalbar memang memiliki kebanggaan burung enggang gading sebagai satwa khas Kalbar, bukan digunakan karena arahan atau paksaan. Namun kenyataannya, jangankan masyarakat, bahkan instansi pemerintah pun lebih suka menggunakan enggang badak sebagai representasi Kalbar.

Jadi, kenapa enggang gading jarang digunakan? Apakah karena masyarakat Kalbar kurang sreg dengan rupa enggang gading? Ataukah karena ketidaktahuan/ketidakpedulian dengan perbedaan enggang gading dan enggang badak (alias "yang penting enggang")? Atau mungkinkah terjadi kesalahan pada saat penetapan maskot Kalbar pada tahun 1989 dulu? Manakah yang seharusnya lebih tepat sebagai maskot Kalbar, enggang badak atau enggang gading?

Selasa, 29 Maret 2016

Bandar Udara Supadio, Kubu Raya (Maret 2016)

Bulan Maret 2016, untuk pertama kalinya saya berkesempatan menikmati terminal baru Bandar Udara Supadio yang secara administratif berlokasi di Kec. Sungai Raya, Kab. Kubu Raya. Menikmati dalam hal ini bermaksud masuk ke dalam terminal keberangkatan maupun kedatangan, tidak hanya sekedar menunggu di teras untuk menjemput orang. Berikut foto-foto yang sempat kujepret sembari menunggu keberangkatan pesawat dan menunggu pengambilan bagasi.

Suasana terminal keberangkatan (5 Maret 2016)
Bagian check-in (5 Maret 2016)
Terminal Keberangkatan (5 Maret 2016)
Tertulis "Bandara Supadio Pontianak" meskipun lokasinya bukan di Pontianak (5 Maret 2016)
Pemandangan dari jendela di lantai atas. Tampak masih terparkir bekas pesawat Batavia Air. (5 Maret 2016)
Ruang tunggu di Terminal Keberangkatan. Penataan kursinya menurutku agak kurang rapi. (5 Maret 2016)
Ini gerai CFC pertama di Kab. Kubu Raya (5 Maret 2016)
Beberapa kios di ruang tunggu Terminal Keberangkatan (5 Maret 2016)
Meskipun bandaranya modern, budaya desak-desakan menunggu/mengambil bagasi tetap terjaga kelestariannya (14 Maret 2016)
Gambar burung enggang badak menghiasi dinding Terminal Kedatangan (14 Maret 2016)
Suasana Terminal Kedatangan pada malam hari (14 Maret 2016)

Kamis, 24 Maret 2016

Khatulistiwa Park (Maret 2016)

Khatulistiwa Park merupakan proyek pengembangan kawasan Tugu Khatulistiwa sebagai tempat wisata andalan Kota Pontianak yang berlokasi di Jl. Khatulistiwa, Kel. Batu Layang, Kec. Pontianak Utara. Setelah satu tahun diluncurkan oleh Walikota Pontianak, akhirnya saya berkesempatan berkunjung ke kawasan Tugu Khatulistiwa. Sudah tampak perubahan yang menjadikan kawasa Tugu Khatulistiwa semakin tampak rapi, tertata, dan indah. Namun di sisi lain, untuk ukuran satu tahun, perkembangan pembangunan Khatulistiwa Park menurutku serasa agak lamban.

Dilihat dari maket masterplan-nya, Khatulistiwa Park tidak hanya sekedar tugu dan taman saja, namun juga dilengkapi fasilitas-fasilitas penunjang seperti kolam renang, hotel, bahkan dermana dan promenade juga tak ketinggalan untuk menikmati keindahan Sungai Kapuas, sehingga tidak hanya menampilkan Kota Pontianak sebagai Kota Khatulistiwa, namun juga sebagai waterfront city. Bagian terfavoritku adalah adanya planetarium sebagai wahana edukasi tentang astronomi. Wisata edukasi astronomi inilah yang menurutku yang seharusnya menjadi ciri khas utama kawasan garis lintang nol derajat. Jikalau segera terealisasi, akan menjadi planetarium keempat di Indonesia setelah di Jakarta, Surabaya, Tenggarong, dan Yogyakarta, serta planetarium ketiga di Pulau Kalimantan setelah Kuching dan Tenggarong.

Berikut ini foto-foto yang sempat kujepret pada 21 Maret 2016.

Maket Khatulistiwa Park
Legenda pada Maket Khatulistiwa Park
Maket Khatulistiwa Park


Kawasan Plasa dan Komersial

Kawasan Plasa
Jalur yang lebar membuat pengunjung lebih leluasa untuk berjalan
Masih di kawasan plasa
Kios-kios tampak mulai dibangun. Semoga para pedagang diatur dengan rapi dan bebas PKL.
Masih di kawasan plasa
Pembangunan kawasan komersial
Nantinya di sini akan dibangun hotel
Pengerjaan terus berlanjut meskipun agak lamban

Kawasan Dermaga

Kawasan dermaga yang direnakan akan ada pula pasar apung.
Pemandangan dari kawasan dermaga
Tampak sebagian tepian sungai direklamasi untuk dijadikan dermaga.
Rencananya di samping dermaga, akan dijadikan promenade alias jalur pejalan kaki di tepi sungai
Meskipun lamban, sudah nampak banyak perubahan dibanding tahun lalu

Rabu, 02 Maret 2016

Galeri Kab. Kubu Raya (Februari 2016)

Berikut ini foto-foto yang kujepret di Kabupaten Kubu Raya pada Februari 2016. Kesemua foto ini berada di wilayah Kecamatan Sungai Raya.

Maha Vihara Maitreya Kalimantan Barat, Jl. Jend. A. Yani II, Desa Sungai Raya (13 Februari 2016)
Prasasti peresmian Maha Vihara Maitreya Kalimantan Barat oleh Menteri Agama Dr. H. Suryadharma Ali, M.Si. pada 27 Oktober 2013.
Bagian teras Maha Vihara Maitreya, tampak patung Dewa Kwan Kong, Buddha Amitabha, dan Dewi Kwan Im. Mohon dikoreksi jika saya salah.
Patung Buddha Maitreya
Vihara Vajra Bumi Kertayuga, Jl. Jend. A. Yani II, Desa Sungai Raya (13 Februari 2016)
Patung Dewi Kwan Im
Pagoda dengan ukiran tulisan Tibet.
Prasasti peresmian Vihara Vajra Bumi Kertayuga oleh Bupati Pontianak Drs. Cornelius Kimha, M.Si. pada 21 Maret 2004. Sebagai informasi tambahan, pada tahun 2004, Kubu Raya merupakan bagian dari Kab. Pontianak. Kab. Kubu Raya baru terbentuk pada tahun 2007. Sedangkan Kab. Pontianak sendiri telah berganti nama menjadi Kab. Mempawah pada tahun 2014.
Bagian dalam Vihara Vajra Bumi Kertayuga.
Pusat Dakwah Muhammadiyah Kalimantan Barat dan Masjid At Tanwir, Jl. Jend. A. Yani II, Desa Parit Baru (18 Februari 2016)
Masjid Mujahid, Jl. Adi Sucipto, Desa Sungai Raya (18 Februari 2016)
Jl. Adi Sucipto, Desa Sungai Raya. Jika diperhatikan sepertinya akan ada pelebaran jalan. (18 Februari 2016)