Pada 20 Mei 2016, sebagai bagian dari rangkaian acara pembukaan Gawai Dayak XXXI, diadakan pawai budaya Dayak di Kota Pontianak. Secara umum, pawai ini memang tidak seheboh pawai Cap Go Meh. Bisa dilihat dari minimnya media lokal yang turut mensosialiasikan, hingga minimnya penutupan jalan sehingga peserta pawai harus berbagi ruang dengan kendaraan bermotor.
Sangat jauh berbeda dengan pawai Cap Go Meh atau Karnaval Khatulistiwa pada tahun lalu. Banyak warga dari berbagai penjuru kota sudah berkumpul di tepi-tepi jalan di sepanjang jalur yang dilalui untuk melihat pawai tersebut. Sebaliknya, banyak warga yang tidak tahu dengan keberadaan pawai Gawai ini. Mayoritas masyarakat yang menonton adalah yang memang beraktivitas di jalur yang dilalui atau yang secara kebetulan sedang berada di jalur yang dilalui pawai.
Kurangnya sosialisasi menurutku menjadi alasan utama pawai Gawai tidak disambut dengan antusias. Seharusnya pawai seperti ini lebih terorganisir dan lebih dipromosikan. Kota Pontianak yang minim tempat wisata tentu bisa memanfaatkan kegiatan pawai budaya sebagai daya tarik wisatanya, misalnya pawai naga di bulan Februari dalam rangka Cap Go Meh, Pawai Gawai Dayak di bulan Mei, juga ada pawai ta'ruf dalam rangka Tahun Baru Hijriah. Ditambah lagi ada pawai drumband dan fashion road dalam rangka HUT Kota Pontianak di bulan Oktober.
Saya sendiri tergolong cukup beruntung karena kebetulan berada Jl. Slt. Abdurrahman sehingga menyempatkan diri menjepret beberapa foto. Berikut ini beberapa foto yang sempat kujepret.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar