Tanggal 12 September 2015 kemarin, Singapura kembali menggelar Pilihan Raya Umum untuk memilih anggota-anggota Parlimen Singapura. Proses pemilu kali ini dimulai dengan diumumkannya perubahan batas-batas wilayah konstituensi pada 24 Juli 2015. Secara umum jumlah konstituensi bertambah dua yang berarti pula jumlah kursi di parlimen juga bertambah dua. Kemudian, pada 25 Agustus 2015, Parlimen Singapura resmi dibubarkan oleh Presiden Tony Tan Keng Yam. Kemudian ditetapkan 1 September 2015 sebagai hari pendaftaran calon dan pemilihan diselenggarakan pada 12 September 2015 dengan masa kampanye selama sepuluh hari dan satu hari masa tenang..
Pilihan Raya kali ini mencatat beberapa hal unik, antara lain:
- Untuk pertama kalinya sejak merdeka, seluruh daerah pemilihan dipertandingkan, yang berarti tidak ada calon tunggal yang menang tanpa bertanding.
- Untuk pertama kalinya sejak 1988, konstituensi Tanjong Pagar dipertandingkan. Sebelumnya, partai oposisi enggan berkompetisi di daerah ini dikarenakan kuatnya sosok Lee Kuan Yew, perdana menteri pertama Singapura yang mewakili wilayah ini.
- Karena wafatnya Lee Kuan Yew dua bulan sebelumnya, Pilihan Raya kali ini juga untuk pertama kalinya sejak merdeka tanpa keikutsertaan Lee Kuan Yew.
- Tahun 2015 ini, konstituensi Tanjong Pagar ditantang oleh Tan Jee Say dari Parti Warga Diutamakan.
- Tan Jee Say merupakan mantan calon presiden pada Pilihan Raya Presiden Singapura 2011 lalu. Hal ini juga menjadikannya mantan capres pertama yang berkompetisi lagi sebagai caleg.
- Perdana Menteri Lee Hsien Loong yang mewakili wilayah Ang Mo Kio ditantang oleh Roy Ngerng dari Parti Reform. Roy Ngerng merupakan seorang aktivis dan blogger yang sering mengkritik kebijakan pemerintah. Akibatnya, ia dituntut oleh PM Lee pada 2014 lalu dengan tuduhan fitnah dan dijatuhi hukuman denda S$29.000 (atau setara Rp290 juta).
- Roy Ngerng sendiri juga mencatat sejarah sebagai politikus pertama di Singapura yang secara terbuka mengakui dirinya adalah homoseksual.
- Sebanyak sembilan partai politik berpartisipasi, menjadikannya pemilu dengan jumlah partai terbanyak sejak Pilihan Raya Umum 1984 yang juga diikuti sembilan partai.
Hasil Pilihan Raya Umum bisa dikatakan antara mengejutkan dan tidak. Tidak mengejutkan karena Parti Tindakan Rakyat (PAP) kembali memenangkan pemilu dan menguasai mayoritas kursi, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun juga mengejutkan karena di balik meluasnya dukungan dan pengaruh partai-partai oposisi, serta besarnya animo masyarakat menghadiri kampanye yang diadakan oposisi, persentase perolehan suara partai-partai oposisi justru menurun dibandingkan pemilu sebelumnya.
Keputusan Pilihan Raya Umum Singapura 2015 |
Dengan hasil Pilihan Raya, dipastikan Lee Hsien Loong akan menjabat Perdana Menteri untuk periode keempat. Dengan berbekal naiknya kepercayaan rakyat juga, pemerintahannya juga akan semakin mantap menjalankan program-program yang dicanangkan tanpa halangan yang berarti.
Meskipun bukan orang Singapura, saya melihat kualitas pemilu di Singapura sangat baik dan sudah sepatutnya dijadikan bahan pembelajaran bagi penyelenggaraan pemilu serta bagi para politikus di Indonesia. Beberapa hal yang membedakan pemilu di Singapura dengan Indonesia, selain sistem pemilunya, antara lain:
- Caleg-caleg separtai berkampanye secara bersama-sama dan beriklan sebagai satu tim, tidak seperti di Indonesia yang caleg sesama partai pun saling bersaingan.
- Meskipun kecewa, pihak yang kalah bersedia menerima dan mengakui kekalahannya, bahkan mengintrospeksi diri, melihat apa yang menyebabkan dirinya kurang dipercayai rakyat, tidak seperti di Indonesia yang sering berujung di meja pengadilan karena menyalahkan calon menang dengan berbagai tuduhan, hingga menyalahkan KPU.
- Hanya dalam satu hari, hasil resmi pemilu sudah diumumkan. Di Indonesia, hasil pemilu untuk tingkat kelurahan saja harus menunggu berhari-hari, apalagi harus menunggu sampai tingkat provinsi atau nasional.
- Dalam kampanye, meskipun saling menyerang, yang diserang dan difokuskan adalah program yang ditawarkan partai atau calon, bukan pribadi dan latar belakang calon. Di Indonesia, pribadi dan latar belakang calon seringkali dijadikan bahan gunjingan, misalnya sukunya, agamanya, pernikahannya, keluarganya, kekayaannya, dan sebagainya, bukan visi, misi, dan program yang ditawarkan.
Pada akhirnya, saya ucapkan selamat kepada Parti Tindakan Rakyat, semoga di bawah kepemimpinan Lee Hsien Loong, sukses menjalankan janji kampanyenya serta program-program yang dicanangkan, bersama rakyat, untuk rakyat, dan demi Singapura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar